Friday, 3 May 2019

“ISLAM DAN MISTISME NUSANTARA” RONGGOWARSITO,ISLAM DAN KEJAWEN

Hasil diskusi KWAT Malang Raya

Bidang Pemberdayaan Warga 

 02 mei 2019 

Pemantik : Yazid Nur Rohman Wakid 


“ISLAM DAN MISTISME NUSANTARA” RONGGOWARSITO,ISLAM DAN KEJAWEN

Oleh : Redaktur KWAT Malang Raya
Dalam perkembangan islam khususnya ditanah jawa, memiliki nilai historis yang sangat kental akan nilai mistisme atau nilai spiritualitas yang cukup mendalam. Bahkan islam ditanah jawa amat dipengaruhi oleh budaya serta falsafah pemikiran kaum jawa. Tokoh yang berpengaruh dalam pemikiran islam jawa kuno salah satunya adalah Raden Ngabehi Ronggowarsito. Beliau adalah putra keraton yang mempunyai nama kecil raden mas Burhan[1],  beliau lahir 1803 dan wafat pada tahun 1873 pada awal perjalanan hidupnya, beliau menemukan 4 tokoh yang membentuk cara pikir dan pondasi lelakunya, 4 tokoh tersebut :
1.      Ki Tanujawa,  yang membangun paradigma ronggowarsito dalam hal cara hidup orang kecil (proletar) rakyat jelata .lewat sosok ini Ronggowarsito mulai mengetahui kehidupan masyarakat pribumi/Nusantara.sebagai sosok bangsawan maka pengalaman ini sangat berharga demi menjadi pemimpin yang bijaksana.
2.      KH. Imam besari, dalam hal ini beliau Ronggowarsito mulai mendalami aspek keilmuan agama islam yang berlabuh didaerah Ponorogo dibawah asuhan KH. Imam besari .  
3.      Yasadipura II,  tokoh ketiga datang dari keluarganya sendiri, karena dibesarkan dalam keluarga pujangga, dalam hal sastra maka beliau mengambil keilmuan kesusastraan jawa dari keluarganya di lingkungan kedhaton. Kakek buyut Raden Mas Burhan adalah Pangeran wijil dari lingkungan ulama Kadilungu, Demak Bintara.yang juga kakek dari Raden Ngabehi Ronggowarsito ini dapat melestarikan Kitab Jayabaya Kidung[2] . hingga pada usia 42 tahun, Ronggowarsito diangkat sebagai Penewu Carik Kadipaten Anom atau Kliwon Carik atau Pujangga Keraton.
4.      Pangeran arya Buminata, jaman dahulu keilmuan kanuragan masih menjadi keilmuan yang mendasar pada masyarakat untuk dipelajari maka Ronggowarsito mulai mendalami keilmuan itu dari Pangeran Arya Buminata.
Dalam hal ini bisa diambil sebuah pelajaran tentang mencari guru dan berteman , untuk sebaik mungkin dalam memfilter dan mencari yang benar benar menjadi acuan dalam pengembangan diri.
Sudah lebih dari 60 karya serat yang diciptakan oleh Raden Ngabehi Ronggowarsito, dan disini kita bisa mengamati karya yang telah menjadi serat (tulisan) yang mengandung ciri ciri sebagai berikut .
1.      Purwakanti , artinya memiliki instrumen suara atau lagu,  contohnya adalah tetembangan
2.      Sandyasma, diambil dari potongan katanya ,sandy = kode ,asma = jeneng/nama mengandung unsur- unsur berupa makna tersirat yang diambil dari namanya.
3.      Candrasengkala,  didalamnya mencantumkan unsur waktu terjadinya sebuah perkara.
4.      Gancanijarwa, artinya sastra ini berupa makna konotasi
Ajaran Ronggowarsito memunculkan 3 faktor dalam wejangan atau yang digambarkan dalam beberapa seratnya seperti :
1.      Kewaskitaan (keilmuan weruh sak durungewinarah ) mengisyaratkan betapa beliau berpikir tidak hanya untuk masa nya,  namun untuk pandangan kedepan
2.      Kesatuan dan laku ( konsep penyatuan diri dengan Tuhan dan implementasi dari keilmuan yaitu berupa tindakan)
3.      Cakramanggilingan ( konsep tentang roda berputar)  bahwa semua didunia ini bersifat berputar , ada kala berada diposisi bahagia, namun juga terkadang pada posisi susah dan lain sebagainya.
Di dalam sastra jawa kuno Ronggowarsito menciptakan lebih dari 60 karya, salah satu karya beliau yang juga sebagai ajaran dari pemikirannya adalah sebagai berikut.
·         Serat hidayah jati
Inti dari ajaran serat hidayat jati adalah falsafah diri manusia yang terbagi menjadi 3 bagian atau biasa disebut dengan Triparaga yang berporos terhadap nilai suluk.
1.      Baitul makmur singkatnya tempat bernaungnya aqal dalam kepala manusia, berfungsi sebagai landasan berpikir dan rasionalitas
2.      Baitul muharom,  disini bertempatnya hati dan sanubari pada dada yang berfungsi sebagai titik budi pekerti ,tabiat dan kepribadian
3.      Baitul muqoddas, merupakan refleksi dari alat kemaluan manusia “seksualitas” berkaitan dengan nafsu yang tertuang dalam alat kelaminnya.


·         Serat Pamoring Kawula Gusti
Didalam serat Pamoring kawulo gusti mengajarkan bagaimana hidup dengan sekadarnya,  sederhana,  dan menahan dari segala Kejelekan dunia dan nafsu. Ada 7 tingkatan dalam inti ajaran ini :
1.      Tapa jasmani
2.      Tapa budi ( berkaitan dengan akhlak,  pekerti)
3.      Tapa nafsu
Ø  Nafsu aluamah – berkaitan dengan makan
Ø  Nafsu amarah – dilambangkan dengan telinga berkaitan dengan emosional
Ø  Nafsu supiyah – dilambangkan dengan mata, berkaitan dengan nafsu seksualitas
Ø  Nafsu mutmainah –berkaitan dengan ketenangan
4.       Tapa rasa sejati adalah pereflrksiandiri dan alam pada hakekat sang pencipta.  
5.      Tapa sukma adalah menahan diri untuk meninggalkan hal hal kemaksiatan.
6.       Tapa cahya menahan diri dari gemerlapnya dunia.
7.      Tapa urip menahan diri untuk meninggalkan hal hal kemaksiatan semata mata untuk mencapai tujuan ridho Tuhan

·         Serat Joko Lodhang
Rongeh jleg tumiba
Gagaran santosa
Wartane meh teka
Sikara karodha
Tatage tan katon
Barang-barang ngerong
Saguh tanpa raga
Katali kawawar
Dhadhala mekasi
Tonda murang tata
Eh, eh, tiba-tiba saja datangnya
kabar gempar yang sangat meyakinkan
mengabarkan hampir tiba saatnya
angkara yang semula terlindas
ketegarannya yang semula lenyap
materialnya yang semula menyembunyikan diri
kehebatannya yang semula tak bisa dinyatakan
yang semula terikat kuat terlepas
menghambur tanpa batas
tanda mulanya segala kekurangajaran
Gurit atau puisi di atas terdapat dalam Serat Jaka Lodhang.berisi Tujuan hidup dan karya sang  Pujangga R.Ng. Ranggawarsito adalah ingin mengabarkan sesuatu yang buruk yang akan menimpa peradaban manusia. Bahwa angkara murka (kebathilan) yang mengandung kecurangan,kelicikan, yang asusila dan materialisme akan mendunia dan merajalela.
 Angkara murka akan menjadi orde global di seluruh dunia. Inilah yang disebut sebagai kala tidha[3] yang artinya zaman serba-ragu-ragu, zaman yang disebut oleh Eyang Prabhu Jayabhaya sebagai kala bendu. Artinya, jaman edan yang serba-celaka, serba-bencana, serba-prahara. Sedangkan Sultan Prabhu Brawijaya V (1478) menengarainya dengan sesantinya yang sangat terkenal: sirna ilang kertaning bhumi.
Megatruh
Haywa pegat ngudiya ronging budyayu
Margane suka basuki
Dimen luwar kang kinayun
Kalising panggawe sisip
Ingkang taberi prihatos
Jangan sampai terputus mencari sumber keindahan budi pekerti
Jalan bagi kebahagiaan dan keselamatan hidup
Terlepas dari hasrat keinginan
Terjauhkan dari amal menyesatkan
Dengan tekun melakukan prihatin
Megatruh yang terdapat di Serat Sabda Jati  menjelaskan tentang bagaimana jalan hidup manusia dalam menyikapi kala tidha / jaman edan . hal serupa juga pernah digaungkan oleh Mahapatih Gadjahmadha (1328) dengan sumpah “tanayun amukti pallapa”. Tanayun artinya meninggalkan hasrat tentang gemerlapnya dunia, Amukti = prihatin , bersakit sakit , palapa = membaktikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan berpuasa sepanjang hayat.
Sinkretisasi islam dan kejawen
Kesimpulan dari segala serat yang diulas oleh Raden Ngabehi Ronggowarsito merupakan manifestasi budaya yang dibalut nilai nilai sufistik islam, sebenarnya budaya  “jawa kuno” tidak bertolak belakang dengan Ajaran agama islam,  dan sebaliknya malah memperkaya khazanah keilmuan agama islam di tanah jawa. Kesamaan agama dan budaya disini tertuang dalam karya Sinuhun  Paku Buwana Kaping X (1910) berjudul (trah-trahan) serat Rerepen. Sebenarnya serat ini bukan karya dari Ronggowarsito. Serat ini muncul pada 30 tahun setelah wafatnya. Namun disini lebih gambling dalam menjelaskan kesamaan sinkretisasi agama dan budaya.[4]

Pangkur
(1)
Pamundhut hingsun mring sira
Santana lan kawula kabeh hiki
Hambak taler Jawa tuhu
Tan hala haprayuga
Gayuh suprih yem tentrem hayuning srawung29
Wajib netepana warah
Wuruking agama suci30
Nasehatku untuk kalian
Kerabat dan
Nasehatku untuk kalian
Kerabat dan rakyat semuanya ini
Yang telah ditakdirkan menjadi orang Jawa (Nuswantara)
Tidak buruk, bahkan utama
Mencitakan terwujudnya ketenteraman kehidupan sesama
Wajib menetapi ajaran
Petunjuk agama suci
(2)
Narendra miwah pujangga
Wali lan pandhita jatine kaki
Karsaning Kang Maha Agung
Gunggunging Islam-Jawa
Marmane langgengna tunggal loro hiku
Ja-hana hingkang tinggal Jawa
Lan ja-hana hadoh agami
Para raja dan para pujangga
sesungguhnya para wali dan ulama anakku
Atas Kehendak Yang Maha Agung
Agunglah Islam-Jawa
Karena itu lestarikanlah dwitunggal itu
Jangan sampai ada yang semata Jawa
Dan jangan sampai ada yang menjauhi agama
 (3)
Tinulis sajroning Qur’an
Hantepana dadya laku ban hari
Miwah wanguning Kadhatun
Tindakna klawan takwa
Wit kang mangkana sira jeneng geguru
Ratu habudaya Jawa
Wali panuntun agami
Yang telah tertulis dalam Quran
Mantapkanlah menjadi perilaku sehari-hari
Demi indahnya sebuah pemerintahan
Jalankanlah dengan takwa
Karenanya hendaklah engkau berguru
Para raja yang berbudaya Jawa
Juga adalah para wali penuntun agama.

Nuwun



[1] Nama kecil R.Ng. Ranggawarsita.
[2]Kitab Jayabaya muncul pada sekitar 1157 setelah itu selama ratusan tahun mengendap
menjadi tradisi lisan di kalangan bangsawan. Muncul kembali dalam bentuk Kitab Asrar
setelah disusun ulang oleh Kangjeng Sunan Giri Sepuh pada sekitar 1400. Setelah itu
kembali mengendap menjadi tradisi lisan di kalangan bangsawan, disusun kembali menjadi
Kitab Jayabaya Kidung oleh Pangeran Wijil pada sekitar 1740. Penyusunan ini diikuti oleh
pujangga-pujangga Keraton Kartasura
[3] Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon.
Semarang: Aneka Ilmu.
[4] Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon.
Semarang: Aneka Ilmu.

No comments:

Post a Comment