Hasil diskusi KWAT Malang Raya
Bidang Pemberdayaan Warga
02 mei 2019
Pemantik : Yazid Nur Rohman Wakid
“ISLAM DAN MISTISME NUSANTARA”
RONGGOWARSITO,ISLAM DAN KEJAWEN
Oleh :
Redaktur KWAT Malang Raya
Dalam perkembangan islam khususnya ditanah jawa,
memiliki nilai historis yang sangat kental akan
nilai mistisme atau nilai
spiritualitas yang cukup mendalam. Bahkan islam ditanah jawa
amat dipengaruhi oleh budaya serta falsafah pemikiran kaum jawa. Tokoh yang
berpengaruh dalam pemikiran islam jawa
kuno salah satunya adalah Raden Ngabehi Ronggowarsito.
Beliau adalah putra keraton yang mempunyai nama kecil raden mas Burhan, beliau lahir 1803 dan wafat pada tahun 1873 pada
awal perjalanan hidupnya, beliau menemukan 4 tokoh yang membentuk cara pikir
dan pondasi lelakunya, 4 tokoh tersebut :
1.
Ki Tanujawa, yang membangun
paradigma ronggowarsito dalam hal cara hidup orang kecil (proletar) rakyat
jelata .lewat sosok ini Ronggowarsito mulai mengetahui kehidupan masyarakat
pribumi/Nusantara.sebagai sosok bangsawan maka pengalaman ini sangat berharga demi
menjadi pemimpin yang bijaksana.
2.
KH. Imam besari, dalam hal ini beliau Ronggowarsito mulai mendalami aspek keilmuan agama islam
yang berlabuh didaerah Ponorogo
dibawah asuhan KH. Imam besari .
3.
Yasadipura II, tokoh ketiga
datang dari keluarganya sendiri, karena dibesarkan dalam keluarga pujangga, dalam
hal sastra maka beliau mengambil keilmuan kesusastraan jawa dari keluarganya di
lingkungan kedhaton.
Kakek buyut Raden Mas Burhan adalah Pangeran wijil dari lingkungan ulama
Kadilungu, Demak Bintara.yang juga kakek dari Raden Ngabehi Ronggowarsito ini
dapat melestarikan Kitab Jayabaya Kidung
. hingga pada usia 42 tahun, Ronggowarsito diangkat sebagai Penewu Carik
Kadipaten Anom atau Kliwon Carik atau Pujangga Keraton.
4.
Pangeran arya Buminata, jaman dahulu keilmuan kanuragan masih menjadi
keilmuan yang mendasar pada masyarakat untuk dipelajari maka Ronggowarsito mulai
mendalami keilmuan itu dari Pangeran Arya Buminata.
Dalam hal ini
bisa diambil sebuah pelajaran tentang mencari guru dan berteman , untuk sebaik
mungkin dalam memfilter dan mencari yang benar benar menjadi acuan dalam
pengembangan diri.
Sudah lebih
dari 60 karya serat yang diciptakan oleh Raden Ngabehi Ronggowarsito, dan
disini kita bisa mengamati karya yang telah menjadi serat (tulisan) yang
mengandung ciri ciri sebagai berikut .
1.
Purwakanti , artinya memiliki instrumen suara atau lagu, contohnya adalah tetembangan
2.
Sandyasma, diambil dari potongan katanya ,sandy = kode ,asma = jeneng/nama
mengandung unsur- unsur berupa makna tersirat yang diambil dari namanya.
3.
Candrasengkala, didalamnya mencantumkan
unsur waktu terjadinya
sebuah perkara.
4.
Gancanijarwa, artinya sastra ini berupa makna konotasi
Ajaran Ronggowarsito
memunculkan 3 faktor dalam wejangan atau yang digambarkan dalam beberapa
seratnya seperti :
1.
Kewaskitaan (keilmuan weruh sak durungewinarah ) mengisyaratkan
betapa beliau berpikir tidak hanya untuk masa nya, namun untuk pandangan kedepan
2.
Kesatuan dan laku ( konsep penyatuan diri dengan Tuhan dan
implementasi dari keilmuan yaitu berupa tindakan)
3.
Cakramanggilingan ( konsep tentang roda berputar) bahwa semua didunia ini bersifat berputar , ada kala berada diposisi bahagia, namun
juga terkadang pada posisi susah dan lain sebagainya.
Di dalam
sastra jawa kuno Ronggowarsito menciptakan lebih dari 60 karya, salah satu
karya beliau yang juga sebagai ajaran dari pemikirannya adalah sebagai berikut.
·
Serat hidayah jati
Inti
dari ajaran serat hidayat jati adalah falsafah diri manusia yang terbagi
menjadi 3 bagian atau biasa disebut dengan Triparaga yang berporos terhadap nilai
suluk.
1.
Baitul makmur singkatnya tempat bernaungnya aqal dalam
kepala manusia, berfungsi sebagai landasan berpikir dan rasionalitas
2.
Baitul muharom, disini
bertempatnya hati dan sanubari pada dada yang berfungsi sebagai titik budi pekerti ,tabiat
dan kepribadian
3.
Baitul muqoddas, merupakan refleksi dari alat kemaluan manusia “seksualitas” berkaitan dengan nafsu yang tertuang dalam
alat kelaminnya.
·
Serat Pamoring Kawula
Gusti
Didalam
serat Pamoring kawulo
gusti mengajarkan bagaimana hidup dengan sekadarnya, sederhana,
dan menahan dari segala Kejelekan dunia dan nafsu. Ada 7 tingkatan dalam
inti ajaran ini :
1.
Tapa jasmani
2.
Tapa budi ( berkaitan dengan akhlak, pekerti)
3.
Tapa nafsu
Ø Nafsu aluamah –
berkaitan dengan makan
Ø Nafsu amarah –
dilambangkan dengan telinga berkaitan dengan emosional
Ø Nafsu supiyah –
dilambangkan dengan mata, berkaitan dengan nafsu seksualitas
Ø Nafsu mutmainah
–berkaitan dengan ketenangan
4.
Tapa rasa sejati adalah pereflrksiandiri
dan alam pada hakekat sang pencipta.
5.
Tapa sukma adalah menahan diri untuk meninggalkan hal hal
kemaksiatan.
6.
Tapa cahya menahan
diri dari gemerlapnya dunia.
7.
Tapa urip menahan diri untuk meninggalkan hal hal kemaksiatan
semata mata untuk mencapai tujuan ridho Tuhan
·
Serat Joko Lodhang
Rongeh jleg tumiba
Gagaran santosa
Wartane meh teka
Sikara karodha
Tatage tan
katon
Barang-barang
ngerong
Saguh tanpa
raga
Katali kawawar
Dhadhala mekasi
Tonda murang
tata
Eh, eh,
tiba-tiba saja datangnya
kabar gempar
yang sangat meyakinkan
mengabarkan
hampir tiba saatnya
angkara yang
semula terlindas
ketegarannya
yang semula lenyap
materialnya
yang semula menyembunyikan diri
kehebatannya
yang semula tak bisa dinyatakan
yang semula
terikat kuat terlepas
menghambur
tanpa batas
tanda mulanya
segala kekurangajaran
Gurit
atau puisi di atas terdapat dalam Serat Jaka Lodhang.berisi Tujuan hidup dan
karya sang Pujangga R.Ng. Ranggawarsito
adalah ingin mengabarkan sesuatu yang buruk yang akan menimpa peradaban manusia.
Bahwa angkara murka (kebathilan) yang
mengandung kecurangan,kelicikan, yang asusila dan materialisme akan mendunia
dan merajalela.
Angkara murka akan
menjadi orde global di seluruh dunia. Inilah yang disebut sebagai kala tidha
yang artinya zaman serba-ragu-ragu, zaman yang disebut oleh Eyang Prabhu Jayabhaya
sebagai kala bendu. Artinya, jaman edan yang
serba-celaka, serba-bencana, serba-prahara. Sedangkan Sultan Prabhu Brawijaya
V (1478) menengarainya dengan sesantinya yang sangat
terkenal: sirna ilang kertaning bhumi.
Megatruh
Haywa pegat ngudiya ronging
budyayu
Margane suka basuki
Dimen luwar kang
kinayun
Kalising panggawe sisip
Ingkang taberi prihatos
Jangan sampai terputus mencari sumber keindahan budi
pekerti
Jalan bagi kebahagiaan dan keselamatan hidup
Terlepas dari hasrat keinginan
Terjauhkan dari amal menyesatkan
Dengan tekun melakukan prihatin
Megatruh
yang terdapat di Serat Sabda Jati menjelaskan
tentang bagaimana jalan hidup manusia dalam menyikapi kala tidha / jaman edan .
hal serupa juga pernah digaungkan oleh Mahapatih Gadjahmadha (1328) dengan
sumpah “tanayun amukti pallapa”. Tanayun artinya meninggalkan hasrat
tentang gemerlapnya dunia, Amukti = prihatin , bersakit sakit , palapa =
membaktikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan berpuasa sepanjang hayat.
Sinkretisasi islam dan kejawen
Kesimpulan dari
segala serat yang diulas oleh Raden Ngabehi Ronggowarsito merupakan manifestasi
budaya yang dibalut nilai nilai sufistik islam, sebenarnya budaya “jawa kuno” tidak bertolak belakang dengan Ajaran
agama islam, dan sebaliknya malah
memperkaya khazanah keilmuan agama islam di tanah jawa. Kesamaan agama dan budaya disini tertuang
dalam karya Sinuhun Paku Buwana Kaping X
(1910) berjudul (trah-trahan) serat Rerepen. Sebenarnya serat ini
bukan karya dari Ronggowarsito. Serat ini muncul pada 30 tahun setelah
wafatnya. Namun disini lebih gambling dalam menjelaskan kesamaan sinkretisasi
agama dan budaya.
Pangkur
(1)
Pamundhut hingsun mring sira
Santana lan kawula kabeh hiki
Hambak taler Jawa tuhu
Tan hala haprayuga
Gayuh suprih yem tentrem hayuning srawung29
Wajib netepana warah
Wuruking agama suci30
Nasehatku untuk kalian
Kerabat dan
Nasehatku untuk kalian
Kerabat dan rakyat semuanya ini
Yang telah ditakdirkan menjadi orang
Jawa (Nuswantara)
Tidak buruk, bahkan utama
Mencitakan terwujudnya ketenteraman
kehidupan sesama
Wajib menetapi ajaran
Petunjuk agama suci
(2)
Narendra miwah pujangga
Wali lan pandhita jatine kaki
Karsaning Kang Maha Agung
Gunggunging Islam-Jawa
Marmane langgengna tunggal loro hiku
Ja-hana hingkang tinggal Jawa
Lan ja-hana hadoh agami
Para raja dan para pujangga
sesungguhnya para wali dan ulama anakku
Atas Kehendak Yang Maha Agung
Agunglah Islam-Jawa
Karena itu lestarikanlah dwitunggal itu
Jangan sampai ada yang semata Jawa
Dan jangan sampai ada yang menjauhi agama
(3)
Tinulis sajroning Qur’an
Hantepana dadya laku ban hari
Miwah wanguning Kadhatun
Tindakna klawan takwa
Wit kang mangkana sira jeneng geguru
Ratu habudaya Jawa
Wali panuntun agami
Yang telah tertulis dalam Quran
Mantapkanlah menjadi perilaku
sehari-hari
Demi indahnya sebuah pemerintahan
Jalankanlah dengan takwa
Karenanya hendaklah engkau berguru
Para raja yang berbudaya Jawa
Juga adalah para wali penuntun agama.
Nuwun
Kitab Jayabaya muncul pada sekitar 1157 setelah itu selama ratusan
tahun mengendap
menjadi tradisi lisan di kalangan bangsawan. Muncul
kembali dalam bentuk Kitab Asrar
setelah disusun ulang oleh Kangjeng Sunan Giri Sepuh
pada sekitar 1400. Setelah itu
kembali mengendap menjadi tradisi lisan di kalangan
bangsawan, disusun kembali menjadi
Kitab Jayabaya Kidung oleh Pangeran Wijil pada sekitar 1740.
Penyusunan ini diikuti oleh
Rahasia Ramalan
Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon.
Rahasia Ramalan
Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon.