Tuesday, 7 May 2019

Esensi Ramadhan, antara Taqwa, Taqorrub dan Kasih Sayang



Esensi Ramadhan , antara Taqwa , Taqorrub dan Kasih sayang
Oleh : Yazid Nur Rohman Wakid


Kata ramadhan merupakan nama bulan dalam kalender hijriyah,  asal kata Ramadhan dalam kitab tahdzib al asma wa al lughat[1] karya syekh An Nawawi yang diambil dari beberapa pendapat para ahli  :
Pertama , dari kata (الرمض) yang artinya panas, karena bertepatan pada musim panas, (Al Ashmai, w.216 H)
Kedua , dari kata (( الرميض artinya awan atau hujan yang turun di akhir musim panas, karena disini awan mulai luntur karena pengaruh panasnya matahari, disebutkan juga disini berarti melunturkan badan dari segala dosa (al Kholil bon ahmad al Farahidi w.170 H)
Ketiga, diambil dari pernyataan orang arab (   رمضت انصل) yang artinya mengasah tombak hinga tajam, karena dulu bangsa arab mengasah senjata pada bulan ini. (al Azhari w. 370 H)
Dalam kitab نصائح الدينية bahwa ramadhan merupakan raja nya bulan dan Allah swt mewajibkan didalamnya puasa ramadhan.  يا ايها الذين اّمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون"[2] "Ayat tersebut menerangkan bahwa dalam bulan ramadhan diwajibkan atas orang yang beriman[3] untuk berpuasa seperti apa yang telah diperintahkan pada golongan sebelumnya supaya menjadikan umat yang beriman semakin bertaqwa.taqwa adalah kesungguhan dalam menjalankan segala perintah Tuhan dan meninggalkan segala larangannya[4],disini dispesifikasikan sebagai perintah untuk berpuasa. Dengan konteks tersebut maka dalam bulan puasa maka dapat kita berikan sebuah penamaan bulan ramadhan merupakan bulan الصيام .
Puasa adalah bagaimana kita bisa menahan dari segala yang membatalkan puasa dengan niat tertentu selama terbit fajar hingga terbenamnya matahari dari muslim,berakal,yang suci dari haid dan nifas[5]. Esensi yang ditawarkan puasa adalah banyaknya keutamaan penggemblengan diri untuk taqorrub dan meningkatkan ketaqwaan dalam berkehidupan beragama dan berbangsa, selama kurang lebih satu bulan dengan dimotivasi untuk lebih rajin dalam beribadah karena banyaknya keutamaan dalam bulan ramadhan. Katanya abraham mashlow , manusia akan tergerak pada sebuah motivasi bila memiliki keinginan/kebutuhan, sehingga dengan rahmat yang berlimpah dari Allah swt menjadikan umat islam lebih giat dalam menjalankan ibadah.
Ramadhan sebagai bulan kesabaran, sebagai seorang muslim dalam keadaan berpuasa maka prinsip sabar disini merupakan pondasi dasar dalam menjalankan ibadah puasa ini. Bagaimana sebagai seorang yang menjalankan puasa dibulan ramadhan mengupgrade kesabaran dalam hal nafsiyah, mulai dari makan, minum berkata maupun bertindak yang tidak baik. Disini adalah manfaat bagi seorang yang berpuasa dimana bisa memperbaiki kepribadian, memperbaiki kualitas emosional yang dijalankan selama kurang lebih 1 bulan.
Perlu diketahui, dalam bulan ramadhan itu dibagi menjadi 3 bagian, yang pertama adalah kasih sayang Tuhan, bagian kedua adalah ampunan, dan bagian ketiga adalah pembebasan dari siksa neraka[6]. Upaya taqorrub kepada Tuhan juga memiliki keistimewaan 70 kali dari ibadah dibulan selain ramadhan[7], maka sangat disayangkan bila ramadhan berlalu secara sia sia dan tak memberikan bekas pada umat islam. Pendekatan ibadah baik secara spiritual kepada Tuhan dan ibadah sosial antar makhluk Tuhan merupakan representasi dari upaya Taqorrub kepada Allah swt.
Puncak dari esensi bulan ramadhan adalah kasih sayang Allah swt, kenyataannya betapa sifat kasih sayang Tuhan sangat besar, dalam bulan ramadhan memberikan kemurahan ampunan, pahala, dan pembebasan dari neraka yang menjadi bagian dari datangnya bulan ramadhan. Umat islam berbondong bondong menjemput kasih sayang Allah swt dengan berusaha semaksimal mungkin dengan semampunya untuk menigkatkan ketaqwaan dan memperbanyak taqorrub kepadaNya sehingga akan menimbulkan satu korelasi antara kasih sayang Tuhan serta kesungguhan hambaNya dalam memperbaiki diri. Sejatinya ramadhan merupakan sebuah ajang pengolahan serta pemantapan tingkat keimanan dan ketaqwaan manusia sebagai upaya hidup lebih baik, dan bekas dari ramadhan ini akan dibawa terhadap kehidupan sehari hari meski ramadhan telah berlalu.



[1] kitab tahdzib al asma wa al lughat
[2] QS. Al Baqarah : 183
[3] Untuk khittob yang dikenakan perintah berpuasa (orang-orang beriman)
[4] امتسار الاوامرالله واجتنب نواهه
[5] فتح القريب (ااصيام)
[6] اوله رحمة واوسطه مغفرة و اّخره عتق من النار
[7] كتاب نصائح الدينية

Saturday, 4 May 2019

Kehormatan dan Kedudukan Kaum Wanita dan Kaum Pria di Era Global




Hasil diskusi KWAT Malang Raya

Bidang Pemberdayaan Perempuan

4 mei 2019
Pemantik : Tri Setiawati S.pd




Oleh : Tim Redaktur KWAT Malang Raya
Konsep penting yang perlui dipahami dalam rangka membahas masalah gender adalah membedakan antara konsep gender dan konsep seks. Pemahaman dan pembedaan terhadap dua konsep tersebut sangat diperlukan karena alasan sebagai berikut. Pemahaman atntara konsep gender dan konsep seks sangatlah diperlukan dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa umat manusia khususntya akhir akhir ini adalah kaum perempuan.
1.      Apakah Gender itu ?
            Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan kata seks (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan sosial gender pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia jenis laki-laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat seperti : laki-laki adalah manusia yang memiliki jakala ( Kalamenjing) dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki rahim dan salullran untuk melahirkan, memproduksi sel telur. Artinya secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada manusia laki-laki dan perempuan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan tuhan atau kodrat.
Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang konstruksi secara sosial maupun cultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap : kuat, rasional, jantan perkasa. Cirri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, perkasa. Perubahan cirri dari sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain.
2.      Gender dalam tatanan kehidupan manusia
Sering kita jumpai dalam kehiupan sehari-hari, ketimpangan Gender sangat dirasakan sekali oleh para perempuan dalam tatanan sosial masyarakat. Banyak anggapan bahwa seorang perempuan memiliki kecenderungan penekanan sisi emosional daripada rasional, sehingga yang terjadi adalah ketidak percayaan masyarakat dalam kepemimpinan atau pandangan dari seorang wanita, hal ini sangat riskan dirasakan oleh para perempuan yang ingin memacu potensi sebagai manusia yang dirasa memiliki hak dan kodrat sebagai pemimpin (kholifah) dibumi.
·         Gender dan streotipe (anggapan)
Secara umum streotipe merupakan pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Dan streotipe sedikit banyak merugikan pada obyek streotipe ini dan menimbulkan ketidakadilan. Dalam hal ini salah satunya adalah tentang pelabelan Gender.misalnya dalam konteks ini anggapan masyarakat tentang kasus kekerasan / pelecehan sosial bisa disebabkan oleh korbannya (perempuan) karena dengan tidak pandainya seorang perempuan dalam berbusana dan berpenampilan.
·         Gender dan kekerasan
Kekerasan (violence) adalah serangan atau invasi (assault) terhadap fisik maupun integritas psikologis seseorang. Pada dasarnya berasal dari berbagai sumber, dan salah satunya bermuara pada anggapan Gender. [1]
3.      Konsep Kesetaraan dan Keadilan Gender

1.      Pengertian
a.       Kesetaraan Gender ialah Kondisi Perempuan dan Laki Laki menikmati status yang setara dan memiliki kondisi yang sama untuk mewujudkan secara penuh hak-hak asasi dan potensi bagi pembangunan di segala bidang kehiduoan.
b.      Keadilan Gender ialah suatu kondisi yang dail untuk perempuan dan laki-laki melalui proses budaya dan kebijakan yang menghilangkan hambatan-hambatan berperan bagi perempuan dan laki –laki . keadilan gender merupakan proses untuk menjadi fair baik pada perempuan maupun laki-laki untuk memastikan adanya fair, harus tersedia suatu ukuran untuk mengiompensasi kerugian secara historis maupun sosial yang mencegah perempuan dan laki-laki dari berlakinya suatu tahapan permainan. Strategi keadilan gender pada akhirnya digunakan untuk meningkatkan kesetaraan gender. Keadilan merupakan cara kesetaraan.
2.      Wujud Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam keluarga
a.       Akses diartikan sebagai kapasitas untuk menggunakan sumber daya untuk sepenuhnya berpartisipasi secara aktif dan produktif ( secara soisal, ekonomi dan politik) dalam masyarakat termasuk akses ke sumberdaya, (pelayanan, tenaga dan pekerjaan, informasi dan manfaat). Contoh : Memberi kesempatan yang samabagi anak perempuan dan laki laki untuk melanjutkan sekolah sesuai dengan minat dan kemampuannya, dengan asumsi sumberdaya keluarga mencukupi.
b.      Partisipasi diartikan sebagai suami istri berpartisipasi yang sama dalamproses pengambilan keputusan atas penggunaan sumberdaya keluarga secara demokratis dan bila perlu melibatkan anak-anak baik laki-laki maupun perermpuan.
c.       Control diartikan sebagai perempuan dan laki-laki mempuyai control yang sama dalam penggunaan sumberdaya keluarga. Suami dan istri dapat memiliki property atas nama keluarga
d.      Manfaat, semua aktivitas keluarga harus mempunyai manfaat yang sama bagi seluruh anggota keluarga.[2]

 dengan demikian kesetaraan itu hal yang memang harus diupayakan adanya demi mewujudkan transformasi sosial yang lebih demokratis, 












[1] Faqih Mansour, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
[2] Puspita Herien, Konsep, Teori dan Analisis, hal 5-6

Friday, 3 May 2019

“ISLAM DAN MISTISME NUSANTARA” RONGGOWARSITO,ISLAM DAN KEJAWEN

Hasil diskusi KWAT Malang Raya

Bidang Pemberdayaan Warga 

 02 mei 2019 

Pemantik : Yazid Nur Rohman Wakid 


“ISLAM DAN MISTISME NUSANTARA” RONGGOWARSITO,ISLAM DAN KEJAWEN

Oleh : Redaktur KWAT Malang Raya
Dalam perkembangan islam khususnya ditanah jawa, memiliki nilai historis yang sangat kental akan nilai mistisme atau nilai spiritualitas yang cukup mendalam. Bahkan islam ditanah jawa amat dipengaruhi oleh budaya serta falsafah pemikiran kaum jawa. Tokoh yang berpengaruh dalam pemikiran islam jawa kuno salah satunya adalah Raden Ngabehi Ronggowarsito. Beliau adalah putra keraton yang mempunyai nama kecil raden mas Burhan[1],  beliau lahir 1803 dan wafat pada tahun 1873 pada awal perjalanan hidupnya, beliau menemukan 4 tokoh yang membentuk cara pikir dan pondasi lelakunya, 4 tokoh tersebut :
1.      Ki Tanujawa,  yang membangun paradigma ronggowarsito dalam hal cara hidup orang kecil (proletar) rakyat jelata .lewat sosok ini Ronggowarsito mulai mengetahui kehidupan masyarakat pribumi/Nusantara.sebagai sosok bangsawan maka pengalaman ini sangat berharga demi menjadi pemimpin yang bijaksana.
2.      KH. Imam besari, dalam hal ini beliau Ronggowarsito mulai mendalami aspek keilmuan agama islam yang berlabuh didaerah Ponorogo dibawah asuhan KH. Imam besari .  
3.      Yasadipura II,  tokoh ketiga datang dari keluarganya sendiri, karena dibesarkan dalam keluarga pujangga, dalam hal sastra maka beliau mengambil keilmuan kesusastraan jawa dari keluarganya di lingkungan kedhaton. Kakek buyut Raden Mas Burhan adalah Pangeran wijil dari lingkungan ulama Kadilungu, Demak Bintara.yang juga kakek dari Raden Ngabehi Ronggowarsito ini dapat melestarikan Kitab Jayabaya Kidung[2] . hingga pada usia 42 tahun, Ronggowarsito diangkat sebagai Penewu Carik Kadipaten Anom atau Kliwon Carik atau Pujangga Keraton.
4.      Pangeran arya Buminata, jaman dahulu keilmuan kanuragan masih menjadi keilmuan yang mendasar pada masyarakat untuk dipelajari maka Ronggowarsito mulai mendalami keilmuan itu dari Pangeran Arya Buminata.
Dalam hal ini bisa diambil sebuah pelajaran tentang mencari guru dan berteman , untuk sebaik mungkin dalam memfilter dan mencari yang benar benar menjadi acuan dalam pengembangan diri.
Sudah lebih dari 60 karya serat yang diciptakan oleh Raden Ngabehi Ronggowarsito, dan disini kita bisa mengamati karya yang telah menjadi serat (tulisan) yang mengandung ciri ciri sebagai berikut .
1.      Purwakanti , artinya memiliki instrumen suara atau lagu,  contohnya adalah tetembangan
2.      Sandyasma, diambil dari potongan katanya ,sandy = kode ,asma = jeneng/nama mengandung unsur- unsur berupa makna tersirat yang diambil dari namanya.
3.      Candrasengkala,  didalamnya mencantumkan unsur waktu terjadinya sebuah perkara.
4.      Gancanijarwa, artinya sastra ini berupa makna konotasi
Ajaran Ronggowarsito memunculkan 3 faktor dalam wejangan atau yang digambarkan dalam beberapa seratnya seperti :
1.      Kewaskitaan (keilmuan weruh sak durungewinarah ) mengisyaratkan betapa beliau berpikir tidak hanya untuk masa nya,  namun untuk pandangan kedepan
2.      Kesatuan dan laku ( konsep penyatuan diri dengan Tuhan dan implementasi dari keilmuan yaitu berupa tindakan)
3.      Cakramanggilingan ( konsep tentang roda berputar)  bahwa semua didunia ini bersifat berputar , ada kala berada diposisi bahagia, namun juga terkadang pada posisi susah dan lain sebagainya.
Di dalam sastra jawa kuno Ronggowarsito menciptakan lebih dari 60 karya, salah satu karya beliau yang juga sebagai ajaran dari pemikirannya adalah sebagai berikut.
·         Serat hidayah jati
Inti dari ajaran serat hidayat jati adalah falsafah diri manusia yang terbagi menjadi 3 bagian atau biasa disebut dengan Triparaga yang berporos terhadap nilai suluk.
1.      Baitul makmur singkatnya tempat bernaungnya aqal dalam kepala manusia, berfungsi sebagai landasan berpikir dan rasionalitas
2.      Baitul muharom,  disini bertempatnya hati dan sanubari pada dada yang berfungsi sebagai titik budi pekerti ,tabiat dan kepribadian
3.      Baitul muqoddas, merupakan refleksi dari alat kemaluan manusia “seksualitas” berkaitan dengan nafsu yang tertuang dalam alat kelaminnya.


·         Serat Pamoring Kawula Gusti
Didalam serat Pamoring kawulo gusti mengajarkan bagaimana hidup dengan sekadarnya,  sederhana,  dan menahan dari segala Kejelekan dunia dan nafsu. Ada 7 tingkatan dalam inti ajaran ini :
1.      Tapa jasmani
2.      Tapa budi ( berkaitan dengan akhlak,  pekerti)
3.      Tapa nafsu
Ø  Nafsu aluamah – berkaitan dengan makan
Ø  Nafsu amarah – dilambangkan dengan telinga berkaitan dengan emosional
Ø  Nafsu supiyah – dilambangkan dengan mata, berkaitan dengan nafsu seksualitas
Ø  Nafsu mutmainah –berkaitan dengan ketenangan
4.       Tapa rasa sejati adalah pereflrksiandiri dan alam pada hakekat sang pencipta.  
5.      Tapa sukma adalah menahan diri untuk meninggalkan hal hal kemaksiatan.
6.       Tapa cahya menahan diri dari gemerlapnya dunia.
7.      Tapa urip menahan diri untuk meninggalkan hal hal kemaksiatan semata mata untuk mencapai tujuan ridho Tuhan

·         Serat Joko Lodhang
Rongeh jleg tumiba
Gagaran santosa
Wartane meh teka
Sikara karodha
Tatage tan katon
Barang-barang ngerong
Saguh tanpa raga
Katali kawawar
Dhadhala mekasi
Tonda murang tata
Eh, eh, tiba-tiba saja datangnya
kabar gempar yang sangat meyakinkan
mengabarkan hampir tiba saatnya
angkara yang semula terlindas
ketegarannya yang semula lenyap
materialnya yang semula menyembunyikan diri
kehebatannya yang semula tak bisa dinyatakan
yang semula terikat kuat terlepas
menghambur tanpa batas
tanda mulanya segala kekurangajaran
Gurit atau puisi di atas terdapat dalam Serat Jaka Lodhang.berisi Tujuan hidup dan karya sang  Pujangga R.Ng. Ranggawarsito adalah ingin mengabarkan sesuatu yang buruk yang akan menimpa peradaban manusia. Bahwa angkara murka (kebathilan) yang mengandung kecurangan,kelicikan, yang asusila dan materialisme akan mendunia dan merajalela.
 Angkara murka akan menjadi orde global di seluruh dunia. Inilah yang disebut sebagai kala tidha[3] yang artinya zaman serba-ragu-ragu, zaman yang disebut oleh Eyang Prabhu Jayabhaya sebagai kala bendu. Artinya, jaman edan yang serba-celaka, serba-bencana, serba-prahara. Sedangkan Sultan Prabhu Brawijaya V (1478) menengarainya dengan sesantinya yang sangat terkenal: sirna ilang kertaning bhumi.
Megatruh
Haywa pegat ngudiya ronging budyayu
Margane suka basuki
Dimen luwar kang kinayun
Kalising panggawe sisip
Ingkang taberi prihatos
Jangan sampai terputus mencari sumber keindahan budi pekerti
Jalan bagi kebahagiaan dan keselamatan hidup
Terlepas dari hasrat keinginan
Terjauhkan dari amal menyesatkan
Dengan tekun melakukan prihatin
Megatruh yang terdapat di Serat Sabda Jati  menjelaskan tentang bagaimana jalan hidup manusia dalam menyikapi kala tidha / jaman edan . hal serupa juga pernah digaungkan oleh Mahapatih Gadjahmadha (1328) dengan sumpah “tanayun amukti pallapa”. Tanayun artinya meninggalkan hasrat tentang gemerlapnya dunia, Amukti = prihatin , bersakit sakit , palapa = membaktikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan berpuasa sepanjang hayat.
Sinkretisasi islam dan kejawen
Kesimpulan dari segala serat yang diulas oleh Raden Ngabehi Ronggowarsito merupakan manifestasi budaya yang dibalut nilai nilai sufistik islam, sebenarnya budaya  “jawa kuno” tidak bertolak belakang dengan Ajaran agama islam,  dan sebaliknya malah memperkaya khazanah keilmuan agama islam di tanah jawa. Kesamaan agama dan budaya disini tertuang dalam karya Sinuhun  Paku Buwana Kaping X (1910) berjudul (trah-trahan) serat Rerepen. Sebenarnya serat ini bukan karya dari Ronggowarsito. Serat ini muncul pada 30 tahun setelah wafatnya. Namun disini lebih gambling dalam menjelaskan kesamaan sinkretisasi agama dan budaya.[4]

Pangkur
(1)
Pamundhut hingsun mring sira
Santana lan kawula kabeh hiki
Hambak taler Jawa tuhu
Tan hala haprayuga
Gayuh suprih yem tentrem hayuning srawung29
Wajib netepana warah
Wuruking agama suci30
Nasehatku untuk kalian
Kerabat dan
Nasehatku untuk kalian
Kerabat dan rakyat semuanya ini
Yang telah ditakdirkan menjadi orang Jawa (Nuswantara)
Tidak buruk, bahkan utama
Mencitakan terwujudnya ketenteraman kehidupan sesama
Wajib menetapi ajaran
Petunjuk agama suci
(2)
Narendra miwah pujangga
Wali lan pandhita jatine kaki
Karsaning Kang Maha Agung
Gunggunging Islam-Jawa
Marmane langgengna tunggal loro hiku
Ja-hana hingkang tinggal Jawa
Lan ja-hana hadoh agami
Para raja dan para pujangga
sesungguhnya para wali dan ulama anakku
Atas Kehendak Yang Maha Agung
Agunglah Islam-Jawa
Karena itu lestarikanlah dwitunggal itu
Jangan sampai ada yang semata Jawa
Dan jangan sampai ada yang menjauhi agama
 (3)
Tinulis sajroning Qur’an
Hantepana dadya laku ban hari
Miwah wanguning Kadhatun
Tindakna klawan takwa
Wit kang mangkana sira jeneng geguru
Ratu habudaya Jawa
Wali panuntun agami
Yang telah tertulis dalam Quran
Mantapkanlah menjadi perilaku sehari-hari
Demi indahnya sebuah pemerintahan
Jalankanlah dengan takwa
Karenanya hendaklah engkau berguru
Para raja yang berbudaya Jawa
Juga adalah para wali penuntun agama.

Nuwun



[1] Nama kecil R.Ng. Ranggawarsita.
[2]Kitab Jayabaya muncul pada sekitar 1157 setelah itu selama ratusan tahun mengendap
menjadi tradisi lisan di kalangan bangsawan. Muncul kembali dalam bentuk Kitab Asrar
setelah disusun ulang oleh Kangjeng Sunan Giri Sepuh pada sekitar 1400. Setelah itu
kembali mengendap menjadi tradisi lisan di kalangan bangsawan, disusun kembali menjadi
Kitab Jayabaya Kidung oleh Pangeran Wijil pada sekitar 1740. Penyusunan ini diikuti oleh
pujangga-pujangga Keraton Kartasura
[3] Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon.
Semarang: Aneka Ilmu.
[4] Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon.
Semarang: Aneka Ilmu.